Minggu, 17 Agustus 2008

PAHLAWAN

Pahlawan. Hari ini barangkali kata ini yang terlintas dalam benak bangsa Indonesia. Kata ini mungkin semiontiknya membuat kita berpikir tentang sebuah keberanian, pengorbanan, keteguhan, bercampur dengan kehebatan, kekonyolan, mungkin juga kebodohan, tergantung dalam persepktif mana kita memandang. Barangkali tidak banyak diantara kita ( angkatan dark's Knight) punya ingetan tajem atau berempati pada generasi angkatan 45 untuk merayakan hari ini sebagai harinya para pejuang .

Bisa dimengerti. Hari gini, rasanya agak gamang kalau berbicara tentang pahlawan dengan segala pemaknaannya, apalagi dalam konteks Indonesia. Menjadi pahlawan mungkin menjadi pilihan yang terakhir ditengah tawaran-tawaran yang lebih menggiurkan. Untuk apa jadi pahlawan ? Mungkin pertanyaan inipun tidak ternah terlintas dalam pikiran. Atau mungkin tak ada seorang pun ingin dengan sadar (berdasarkan discernment yang tegas) mau menjadi pahlawan. Bahkan pahlawan sejati barangkali tak pernah berpikir kelak dikenal sebagai seorang pahlawan.

Kalau kita sepakat bahwa kata pahlawan boleh diasosiasikan dengan keberanian dan pengorbanan serta keteguhan, maka agaknya pahlawan setidaknya pernah menjadi salah satu isi keinginan kita kalau berbicara tentang the law of attraction. Tinggal meminta dan memvisualisasikan. Apalagi kalau kita yakin effect Lucifer ternyata makin terbukti di tanah air kita. Di negri ini bukan hanya penjahat yang berkelainan jiwa, pejabatpun sudah sampai tahap kerusakan jiwa. Mungkin benar, telah banyak petinggi kita mengalami MPD (Mulitiple personal Disorder.)

Lalu bagaimana cara kita bisa menjadi pahlawan? Yang jelas tidak perlu SKKB. Juga bukan dengan latihan menahan diri melihat tumpahan darah, apalagi bersemangat bunuh diri. Mulai saja dari yang kecil dengan berani, teguh dan siap berkorban demi misalnya: berani melawan dan berjuang terhadap segala kecenderungan jahat dalam diri, bersikap sopan santun dalam penawaran and berani menentang perhitungan apapun yang didasarkan bad atau luck number. Berani menentang reduksionisme gender berdasarkan warna. Dan yang penting, dengan motivasi yang teguh berani membuat suatu gerakan, serta selalu berani mempertanyakan ada apa dengan diriku ketika sikap kepahlawan tak pernah terbersit dalam hidupku.